PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui India merupakan negara di Asia yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu milyar jiwa, dan merupakan negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Jumlah pendudk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Ekonomi India terbesar keempat di dunia dalam PDB (Produk Domestik Bruto) diukur dari segi daya beli (PPP), dan salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. India terletak di kawasan Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang 7.000 km, dan bagian dari anak benua India, India merupakan bagian dari rute perdagangn penting dan bersejarah. India membagi perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Tiongkok, Myanmar, Bangladesh, Nepal, Bhutan dan Afganistan. Sri lanka, Maladewa, dan Indonesia adalah negara kepulauan yang bersebelahan. India adalah letak dari peradaban kuno seperti budaya lembah Indus dan merupakan tempat kelahiran dari empat agama utama dunia, yaitu Hindhuisme, Budhisme, Jainisme, dan Sikhisme. Negara ini merupakan bagian dari Britania Raya sebelum meraih kemerdekaan pada 1947.
Melihat dari segi ekonomi, India juga merupakan negara yang GNP nya melaju setiap tahunnya, mungkin terkesan miris karena disatu sisi masih banyak masyarakat miskin di India bahkan dibawah garis kemiskinan gelandangan dimana-mana,begitupun peminta-minta,mungkin pertumbuhan ekonomi itu belum dirasakan oleh orang-orang tersebut diatas,bagi mereka mungkin hidup ini statis dan tidak ada perubahan.Salah satu hal yg menjadi konsentrasi adalah majunya ekonomi india,lebih dititik beratkan pada adanya pengakuan produk dalam negeri,masyarakat percaya akan produk dalam negeri sehingga daya beli meningkat dan eksesnya tentu saja bagi kesejahteraan negara,selama aku disini jarang sekali aku mendapatkan produk import di india,pemerintahnya benar-benar memperhatikan industri kecil dan industri rumah tangga,mungkin itu salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi india.
Aspek lain yang dapat dilihat adalah keberagaman (diversity) India,mereka terdiri dari berbagi agama, suku dan kasta yang berbeda-beda, tetapi mereka saling menghargai,walaupun sempat terjadi konflik agama antara islam dan hindu. Masyarakat India mengklaim keanekaragaman ini juga merupakan salah satu faktor India terhalang menjadi negara maju, karena semangat modernisasi masih terbentur oleh adat istiadat dan mindset yg masih tradisional. Edukasi di India juga cukup bagus,terutama di EFLU (English and Foreign Languages University) lengkap dengan fasilitas belajar mengajar,akomodasi buat mahasiswa asing dan lokal. Sistem belajar mengajar cukup interaktif dan dinamis.
India dan peradaban India telah memainkan peranan utama dalam pembangunan manusia, sejarah dunia dan hubungan internasional. Dengan sekitar 1,2 milyar orang, India adalah demokrasi terbesar di dunia dan negara kedua terbesar dengan jumlah penduduk. Dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi yang cepat dan globalisasi telah menyebabkan integrasi yang lebih tinggi dan standar hidup yang lebih besar dengan ekonomi dunia. Dari tahun 1980 sampai 2010, Pembangunan Manusia India Index (HDI) meningkat sebesar 62 persen, dan harapan hidup saat lahir di India meningkat 42,4-63,7 tahun 1960-2008.
· RUMUSAN MASALAH
Krisis finansial global yang mulai terjadi pada tahun 2008 telah membuat jutaan orang di Amerika Serikat (AS) dan seluruh dunia berubah menjadi pengangguran. Dampak dari krisis finansial global memang terasa pahit bagi negara-negara yang notabene telah mapan perekonomiannya. Dampak krisis tidak hanya berupa pertumbuhan ekonomi yang melambat atau negatif, tetapi juga berpengaruh hingga ke sektor perdagangan internasional sekaligus sisi finansialnya. Dari sisi perdagangan internasional, resesi yang terjadi di AS telah melemahkan permintaan impor dari AS, yang tentunya berimbas pada pelemahan permintaan impor dunia. Negara-negara yang terkena dampaknya secara langsung adalah negara-negara yang memiliki pangsa terbesar terhadap impor AS, seperti China, Kanada, Meksiko, Jepang, Jerman, atau negara-negara yang menjadikan AS sebagai tujuan utama produk ekspornya, dalam hal ini India termasuk salah satu dari negara itu.
Berdasarkan latar pengantar tersebut maka makalah ini akan menjawab pertanyaan ”Bagaimana India menangani krisis finansial global yang melanda dunia tahun 2008, dan Bagaimana perkembangan ekonomi di India?”
PEMBAHASAN
Krisis finansial global yang mulai terjadi pada tahun 2008 telah membuat jutaan orang di Amerika Serikat (AS) dan seluruh dunia berubah menjadi pengangguran. Mereka kehilangan pekerjaannya, bahkan sekaligus kehilangan rumahnya. Masih banyak lagi ditemukan penderitaan dan ketakutan akan krisis yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir ini. Banyak orang tua yang telah berinvestasi di bidang pendidikan bagi anak-anaknya harus berbenturan dengan keadaan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Krisis yang bermula di AS ini telah menjadi krisis global, dengan puluhan juta orang telah kehilangan pekerjaannya di seluruh dunia, di mana di China saja sudah menyentuh angka 20 juta orang, dan tinggal menunggu waktu bagi mereka menuju kemiskinan.
Dampak dari krisis finansial global memang terasa pahit bagi negara-negara yang notabene telah mapan perekonomiannya. Dampak krisis tidak hanya berupa pertumbuhan ekonomi yang melambat atau negatif, tetapi juga berpengaruh hingga ke sektor perdagangan internasional sekaligus sisi finansialnya. Dari sisi perdagangan internasional, resesi yang terjadi di AS telah melemahkan permintaan impor dari AS, yang tentunya berimbas pada pelemahan permintaan impor dunia. Negara-negara yang terkena dampaknya secara langsung adalah negara-negara yang memiliki pangsa terbesar terhadap impor AS, seperti China, Kanada, Meksiko, Jepang, Jerman, atau negara-negara yang menjadikan AS sebagai tujuan utama produk ekspornya, dalam hal ini India termasuk salah satu dari negara itu.
Sementara dari sisi finansial, krisis di AS telah menimbulkan kesulitan likuiditas perusahaan-perusahaan keuangan di AS hingga memicu kebangkrutan berbagai lembaga keuangan internasional seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kebangkrutan berbagai Lehman Brothers dkk berdampak pada kepanikan bursa di seluruh dunia, yang lagi-lagi diawali dari AS, ditandai dengan terpuruknya indeks Dow Jones. Kepanikan investor dunia juga diwarnai dalam bentuk ramai-ramai menjual saham yang mengakibatkan bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% dan Eropa 37%. Mata uang negara berkembang juga melemah diiringi dengan anjloknya harga komoditas, yang juga berpengaruh pada berkurangnya konsumsi energi dunia.
Di awal-awal terjadinya krisis, India menjadi negara yang tidak luput dari hantaman krisis ini. Penjualan yang menurun, kenaikan harga, hantaman di bursa saham, hingga ketidakpastian lapangan kerja sempat mewarnai aktivitas perekonomian India. Sekitar seribu pegawai dipecat dari perusahaan penerbangan terkemuka India, Jet Airways, yang memicu terjadinya aksi unjuk rasa karyawan perusahan penerbangan sehingga meningkatkan ketegangan politik di negeri itu. Dilaporkan juga bahwa nasabah telah menarik uang mereka dari bank swasta terbesar di India, ICICI Bank Ltd karena kepanikan di bursa saham. Kejadian ini akhirnya mendorong Bank Cadangan India untuk meyakinkan publik mengenai kelayakan cadangan kas bank tersebut. Secara keseluruhan, indeks saham India merosot hingga 48% dalam jangka 12 bulan saat terjadinya krisis, mata uang rupee melemah 24%, sedangkan PDB diperkirakan melemah hingga 7,5% dengan tingkat inflasi menyentuh dua digit. Ekspor India juga turun 24%, yang mengakibatkan lebih dari satu juta pekerja di India kehilangan pekerjaan.
Akan tetapi, di luar fakta-fakta di atas, terdapat fakta-fakta dan kemungkinan-kemungkinan lain yang memungkinkan India memainkan peran lebih dalam perekonomian dunia sejak terjadinya krisis finansial global. Sebelum terjadinya krisis finansial global, pertumbuhan ekonomi India telah menunjukkan angka yang sangat tinggi. Pada tahun 1990 hingga 2002, laju pertumbuhan ekonomi India rata-rata “baru” mencapai 6,0% setahun. Akan tetapi, tahun 2002 hingga 2008, ekonomi India bertumbuh hampir 9,0% setahun, atau hanya 1% lebih rendah dari China yang tumbuh 10% setahun, sebelum kedua negara ini terkena dampak negatif krisis finansial global. Dengan laju pertumbuhan 6,0% setahun, tingkat hidup rata-rata orang India meningkat empat kali lipat dalam 40 tahun. Dengan laju pertumbuhan 9,0% setahun, tingkat hidup orang India bisa meningkat 16 kali lipat. Sebuah lonjakan pertumbuhan yang luar biasa mengingat selama belasan tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi India tidak pernah menyentuh angka setinggi itu. Pertumbuhan ekonomi India yang luar biasa ini ditopang kuat oleh majunya teknologi dan kualitas sumber daya manusia India yang cenderung berkualitas. Keberhasilan India di bidang SDM ini disebabkan oleh strategi pembangunan pendidikannya yang memprioritaskan pendidikan ketrampilan tinggi untuk beberapa kelompok siswa tertentu.
Salah satu faktor utama yang menyokong perekonomian India dalam menghadapi krisis adalah keberadaan:
· Bank Sentral India
Bank sentral India (Reserve Bank of India) yang amat vital dalam menyediakan alternatif-alternatif kebijakan. Ketika India mulai merasakan dampak krisis, bank sentral India segera menyuntikkan 600 milyar Rupee ke dalam pasar uang setelah Bursa Mumbai terkoreksi cukup tajam diiringi jatuhnya nilai tukar rupee ke level terendah sepanjang masa. Bank sentral India juga memangkas suku bunga sebanyak 150 basis poin menjadi 7,5% pada 12 Oktober 2008, serta menginjeksikan miliaran dolar ke sistem perbankan mereka.
Kebijakan lain yang dikeluarkan bank sentral terkait upaya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi India di tengah krisis adalah dengan merencanakan untuk menyetop peminjam melalui penerbitan surat utang non konversi dengan jatuh tempo kurang dari 90 hari. Ini merupakan bagian dari upaya mengurangi ekses likuditas setelah dana-dana asing berkurang di pasar. Langkah ini dilakukan oleh Bank sentral India karena khawatir pemberian segala jenis kredit yang tidak diatur secara rinci akan berakibat pada terbentuknya gelembung aset (bubble) yang dapat menjadi prahara bagi industri sekuritas.
Tindakan lain yang dilakukan oleh bank sentral India adalah dengan memborong emas dari IMF sebanyak 200 ton dengan total nilai mencapai US$ 6,7 miliar. Transaksi itu setara dengan 8 persen produksi emas dunia selama setahun. Dengan upaya borong emas ini, India menjelma menjadi negara penyimpan emas terbesar kesembilan di dunia dengan cadangan 558 ton. Upaya borong emas ini merupakan upaya bank sentral India memperkuat portofolionya dalam bentuk emas setelah dolar AS terus menerus terpuruk.
Hasil dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan bank sentral India bisa dilihat satu tahun kemudian. Perekonomian India tumbuh di laju tercepat dalam satu tahun di kuartal terakhir 2009. Pencapaian yang ditopang pertumbuhan industri manufaktur ini, sekaligus memberi ruang kepada bank sentral untuk menarik kebijakan stimulus di sektor moneter guna menghitung tingkat inflasi. Laporan Biro Pusat Statistik India mencatat bahwa PDB India meningkat 7,9% dari periode tahun sebelumnya. Pertumbuhan PDB India itu melampaui proyeksi 22 ekonom yang disurvey oleh Bloomberg sebesar 63%. Adanya kemajuan yang diraih India selama satu tahun sejak kebijakan bank sentral menyuntikkan dana ke sistem perbankan tidak terlepas oleh sejumlah langkah non-konvensional yang yang diambil bank sentral guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, upaya penyelamatan ekonomi India dari krisis yang dilakukan oleh bank sentral India tidak sepenuhnya berjalan mulus. Memasuki tahun 2010, tingkat inflasi di India telah menyentuh level yang tinggi, yang membuat bank sentral India membuat kebijakan menaikkan suku bunga di bulan Maret 2010 sebesar 25 basis poin karena melonjaknya harga grosis makanan. Langkah yang diambil oleh RBI ini memang mengejutkan, karena analis pasar memprediksi setidaknya kenaikan suku bunga dilakukan pada akhir April nanti ketika bank sentral mengadakan pertemuan rutinnya. Aksi bank sentral India yang mengerek suku bunga pinjaman pada akhirnya berdampak pada rontoknya mata uang di kawasan pasar Asia.
Dalam hal ini, bisa terlihat bahwa bank sentral India memegang peranan yang penting dalam penentuan setiap kebijakan moneter dan finansial. Bank sentral India harus memberlakukan suku bunga terbaik untuk kebutuhan perekonomian jangka panjang. Di sisi lain, bank sentral India juga harus siap menerima resiko ketika setiap keputusan yang diambil pasti membawa dampak, baik itu positif ataupun negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
· Pertumbuhan Ekonomi India Ditopang Oleh Kemajuan Teknologi dan SDM
|
Salah satu produk dari SDM India |
Kemajuan dan gencarnya para korporasi India telah ditopang oleh kemajuan yang mendasar di bidang teknologi dan sumber daya manusianya. Suatu prestasi yang telah mengejutkan dunia adalah ketika India mampu menghasilkan bom nuklir pada akhir tahun 1990an. Suatu prestasi lain di bidang pengembangan teknologinya adalah pusat IT di Bangalore yang juga disebut sebagai “Silicon Valley” India. Di bidang teknologi persenjataan moderen India juga telah semakin maju. Pada tanggal 14 Mei 2008, Perdana Menteri Mamohan Singh telah meresmikan DRDO (Defence Research and Development Organisation/Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertahanan) India mengatakan bahwa industri nasional India akan dalam waktu dekat mampu untuk mengembangkan teknolgi mutakhir senjata robotics, sensor dan stealth (teknologi untuk pesawat tempur yang tidak dapat dideteksi radar). Sementara itu, di bidang pengembangan sumber daya manusia, India telah berhasil membuat negaranya menjadi sasaran “outsourcing” (mengontrakkan pekerjaan suatu perusahaan kepada tenaga perusahaan lain) oleh negara IT utama seperti AS, selain telah memungkinkannya untuk menopang kemajuan industri teknologinya sendiri, seperti di Bangalore. Keberhasilan India di bidang SDM ini disebakan oleh strategi pembangunan pendidikannya yang memprioritaskan pendidikan ketrampilan tinggi untuk beberapa kelompok siswa tertentu daripada strategi pembangunan pendidikan dasar seperti wajib belajar 6 tahun dan sekarang 9 tahun yang diterapkan di Indonesia.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi India untuk beberapa tahun setelah 1984 di tunjukkan pada Tabel I di bawah. Pertumbuhan ekonomi India yang rata-rata di atas 8,0% terjadi setelah tahun 2002. Pertumbuhan yang secara konsisten tinggi ini sebenarnya berkaitan erat dengan perkembangan sektoralnya dan dengan dengan langkah-langkah reformasi ekonomi yang telah dilakukan sejak tahun 1984.
Tahun | Pertumbuhan Ekonomi (%) |
1985 | 4,5 |
1986 | 4,1 |
1987 | 3,6 |
1988 | 10,1 |
1989 | 6,7 |
2000 | 4,0 |
2001 | 5,9 |
2002 | 3,9 |
2003 | 8,6 |
2004 | 7,6 |
2005 | 8,2 |
2006 | 9,1 |
Sumber: Economywatch.com
Pertumbuhan ekonomi India itu disertai oleh pertumbuhan sektoral yang semestinya terjadi di negara-negara berkembang yaitu pertumbuhan industri dan jasa-jasa yang relatif tinggi dan pertumbuhan sector pertanian yang relatif rendah. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sebesar 9,1 % disertai oleh pertumbuhan sektor industri sebesar 10,5 %, sector jasa-jasa, seperti hotel, restoran dan transpor, sebesar 10,7 %, sektor pertanian sebesar 1,7 % dan sektor infrastruktur sebesar 7,8 %. Walaupun pertumbuhannya lebih rendah daripada sector industri, pertumbuhan sektor pertanian dapat menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan melalui produksi pangan yang terus meningkat. Dengan tahun dasar 1981 (1981 = 100), maka produksi beras telah meningkat dari 149 pada tahun 1990 menjadi 171 pada tahun 2004, dan produksi gandum meningkat dari 156 pada tahun 1990 menjadi 204 pada tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi yang terutama tinggi sejak tahun 2003 tersebut juga ditopang oleh tingginya tingkat tabungan masyarakat sebesar rata-rata 32 % terhadap PDB, terdapatnya “dividen demografi” (meningkatnya kelompok penduduk usia kerja) yang disertai dengan kebijakan peningkatan sumber daya manusia yang cukup berhasil.
Pertumbuhan ekonomi yang secara konsisten tinggi sejak tahun 2003 juga dilatarbelakangi oleh adanya langkah liberalisasi sejak tahun 1984. Sebelum tahun 1984, kebijakan ekonomi India didominasi oleh pengembangan industri subsititusi impor yang membutuhkan banyak kebijakan proteksi atas industri dalam negeri melalui berbagai kebijakan perizinan (dikenal sebagai “license raj” = rejim perijinan). Karena kebijakan perijinan ini hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang rendah, maka pada tahun 1984 Perdana Menteri Rajiv Gandhi (dari Congress Party) mengecualikan sekitar duapuluhlima jenis industri dari keharusan mengikuti kebijakan perijinan ini dan mengadakan langkah liberalisasi bagi banyak cabang industri lainnya. Pada tahun 1991, karena kesenjangan investasi dalam negeri dengan tabungan dalam negeri yang semakin besar, maka Perdana Menteri Rarashima Rao (dari Bharatiya Janata Party) mengambil langkah-langkah liberalisasi yang jauh lebih luas lagi dengan misalnya mengecualikan kebijakan perijinan bagi semua cabang industri dan membuka luas pintu untuk investasi asing. Langkah-langkah inilah merupakan embrio dari perekonomian India “go global” yang dampak mikronya terlihat antara lain dari upaya Tata Steel mengakuisis Krakatau Steel di Indonesia.
Selain itu, motor utama dari pertumbuhan ekonomi India, terutama sejak 1991, adalah perusahaan besar dan menengah, termasuk kelompok Tata dan Bajaj, yang umumnya dikelompokkan dalam sektor formal. Walaupun, pertumbuhan dari sektor formal ini mempunyai potensi untuk ikut menarik pertumbuhan dari sektor informal (melalui “trickle down effect”), kenyataannnya sebagian besar dari sektor informal ini mengamali peningkatan kesejahteraan yang masih jauh tertinggal. Belum berhasilnya pertumbuhan ekonomi India yang tinggi ini untuk mempunyai “trickle down effect” yang cukup besar juga terlihat pada masih tingginya tingkat kemiskinan. Dari data yang tersedia, tingkat kemiskinan di India memang telah turun dari 50% (1970an) menjadi 38% (1991), namun jumlah ini masih sangat besar apalagi kalau ditinjau dari angka absolutnya yaitu dari jumlah penduduk India yang mendekati satu milyar orang.
Saat ini India merupakan salah satu merupakan negara yang mempunyai perusahaan-perusahaan otomotif yang berkembang pesat sampai ke luar negeri, salah satunya TVS Motor. TVS Motor Company merupakan perusahaan yang memproduksi kendaraan roda dua atau motor terbesar ketiga di India dan masuk dalam sepuluh besar di dunia. Wajar jika perusahaan ini juga ikut andil dalam perekonomian India.
Perusahaan otomitif pendongkrak ekonomi India ini merupakan anak perusahaan dari TVS Group yang memiliki karyawan sebanyak 40ribu orang dengan jumlah konsumen 15juta orang. Dengan konsumen yang sangat banyak tersebut ekonomi India dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan.
Perusahaan otomotif pendongkrak ekonomi India ini memproduksi sepeda motor, skuter, moped dan becak bermesin. TVS Group menjadi perusahaan tunggal penghasil kendaraan roda dua dari India yang berhasil memperoleh Penghargaan Deming pada tahun 2002 karena dianggap konsisten menjaga mutu dan kualitas. Inilah bukti kebangkitan ekonomi India, terutama pada sector otomotif.
Pertumbuhan ekonomi India tidak selalu mulus, tetapi dengan melalui masalah Dalam sistem politik India yang menganut sistem kabinet parlementer (Presiden hanya sebagai Kepala Negara sedang Kepala Pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri) maka setiap kebijakan pemerintah yang bersifat strategis, seperti langkah liberalisasi, harus melalui proses perdebatan publik yang sengit terutama di tingkat parlemen. Dalam hal ini, walaupun Congress Party dan Bharatiya Janata Party sehaluan, pihak oposisi yang terdiri dari partai politik berhaluan sosialis semakin menentang langkah liberalsisasi lebih lanjut. Hal ini akan menghambat pembukaan lebih lanjut dari ekonomi India ke ekonomi global dan selanjutnya akan mengurangi peluang untuk pertumbuhan ekonominya.
KESIMPULAN
Krisis finansial global memang terasa pahit bagi negara-negara yang notabene telah mapan perekonomiannya. Dampak krisis tidak hanya berupa pertumbuhan ekonomi yang melambat atau negatif, tetapi juga berpengaruh hingga ke sektor perdagangan internasional sekaligus sisi finansialnya. Negara-negara yang terkena dampaknya secara langsung adalah negara-negara yang memiliki pangsa terbesar terhadap impor AS, seperti China, Kanada, Meksiko, Jepang, Jerman, atau negara-negara yang menjadikan AS sebagai tujuan utama produk ekspornya, India menjadi negara yang tidak luput dari hantaman krisis ini. Penjualan yang menurun, kenaikan harga, hantaman di bursa saham, hingga ketidakpastian lapangan kerja sempat mewarnai aktivitas perekonomian India.
Faktor-faktor yang menopang India dalam crisis ini diantaranya:
· Bank sentral India (Reserve Bank of India) yang amat vital dalam menyediakan alternatif-alternatif kebijakan. Dengan cara menyuntikkan 600 milyar Rupee ke dalam pasar uang setelah Bursa Mumbai terkoreksi cukup tajam diiringi jatuhnya nilai tukar rupee ke level terendah sepanjang masa. Bank sentral India juga memangkas suku bunga sebanyak 150 basis poin menjadi 7,5% pada 12 Oktober 2008, serta menginjeksikan miliaran dolar ke sistem perbankan mereka.
\Kebijakan lainnya dengan merencanakan untuk menyetop peminjam melalui penerbitan surat utang non konversi dengan jatuh tempo kurang dari 90 hari. Ini merupakan bagian dari upaya mengurangi ekses likuditas setelah dana-dana asing berkurang di pasar.
· Pertumbuhan Ekonomi India Ditopang Oleh Kemajuan Teknologi dan SDM. Suatu prestasi yang telah mengejutkan dunia adalah ketika India mampu menghasilkan bom nuklir pada akhir tahun 1990an. Keberhasilan India di bidang SDM ini disebakan oleh strategi pembangunan pendidikannya yang memprioritaskan pendidikan ketrampilan tinggi untuk beberapa kelompok siswa tertentu daripada strategi pembangunan pendidikan dasar.
|
Motor TVS buatan India |
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di India dari tahun 1985 mengalami kenaikan sampai tahun 2000an. Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sebesar 9,1 % disertai oleh pertumbuhan sektor industri sebesar 10,5 %, sector jasa-jasa, seperti hotel, restoran dan transpor, sebesar 10,7 %, sektor pertanian sebesar 1,7 % dan sektor infrastruktur sebesar 7,8 %. Walaupun pertumbuhannya lebih rendah daripada sector industri, pertumbuhan sektor pertanian dapat menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan melalui produksi pangan yang terus meningkat. Selain pendongkrak di atas, perekonomian India juga dipengaruhi oleh perusahaan otomotif yang mendongkrak perekonomi India. Perusahaan otomotif ini memproduksi sepeda motor, skuter, moped dan becak bermesin. TVS Group menjadi perusahaan tunggal penghasil kendaraan roda dua dari India yang berhasil memperoleh Penghargaan Deming pada tahun 2002 karena dianggap konsisten menjaga mutu dan kualitas. Inilah bukti kebangkitan ekonomi India, terutama pada sector otomotif.