Junho

Junho
2PM

Rabu, 26 Oktober 2011

Sejarah singkat Jepang dan Nuklirnya

Sejarah Singkat
Jepang kini sudah dikenal masyarakat dunia bukan lagi sebagai negara berkembang melainkan sebagai negara maju.. Hal ini dibuktikan dengan merajalelanya produk-produk yang beredar dengan lebel Negara Matahari Terbit tersebut. Seperti konsumsi (rumah makan), barang elektronik, transportasi, pakaian, dan bahan baku lainnya bahkan atom & nuklir.
Jepang sendiri adalah negara yang tidak begitu luas dibandingkan dengan Indonesia. Namun Jepang sudah mampu mengalahkan negara-negara Asia lainnya. Luas negara Jepang sendiri adalah + 378.000km2 (ada pula yang menyebutkan hanya 370.000 km2). Itu berarti hanya 1/25 (seper dua puluh lima) dari negara Amerika. Bahkan cenderung lebih kecil dari Kalifornia.


Perubahan yang krusial atas Jepang dimulai pada tahun 1603. Pada saat itu, Ieyasu yang telah berhasil menyatukan seluruh Jepang, membangun kekaisarannya di Edo, sekarang dikenal dengan Tokyo. Leyasu mencoba membangun setiap aspek di negara ini sehingga negara ini mampu berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Hasil dari politik yang dilakukan Ieyasu ini kemudian dimanfaatkan oleh Kekaisaran Tokugawa pada tahun 1639 dengan lahirnya Politik Isolasi. Latar belakang dari lahirnya Politik Isolasi ini banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan Agama Kristen. Berkembangnya Agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kekaisaran, oleh sebab itu Kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan negara asing, kecuali dengan Pedagang-Pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Itu pun hanya dilakukan di satu tempat, yaitu di Pulau Dejima, Nagasaki.
Politik Isolasi ini bertahan lebih dari 200 tahun sampai pada tahun 1853, Komodor Perry dari angkatan laut Amerika Serikat dengan 4 buah kapalnya memaksa Jepang untuk membuka diri kembali terhadap dunia luar. Kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867, dan digantikan dengan Kekaisaran Meiji. Pada zaman ini Jepang banyak mengalami kemajuan. Dan hanya dalam beberapa dekade mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara barat. Pada zaman ini pula Edo berganti nama dengan Tokyo, dan kasta-kasta yang ada pada zaman feudal dihapuskan. Restorasi Meiji benar-benar mampu menggerakkan seluruh aset negara yang ada, sehingga pada beberapa peperangan, Jepang dapat menang. Hasil dari kemenangan itu antara lain adalah dengan direbutnya Taiwan dari Cina pada tahun 1895 dan Sakhalin selatan pada tahun 1905 dari Rusia. Setelah itu Jepang pun mulai membesarkan daerah jajahannya dengan merebut korea pada tahun 1910. Kaisar Meiji meninggal pada tahun 1912 dan mewariskan tahta pada Kaisar Taisho, dan dimulailah Kekaisaran Showa.
Kekaisaran Showa ini dimulai dengan kondisi yang menjanjikan. Industri yang terus berkembang, dan kehidupan politik yang telah mengakar di parlemen-parlemen pemerintahan. Namun masalah-masalah baru terus bermunculan. Krisis ekonomi dunia menekan kehidupan rakyat. Rakyat mulai tidak percaya terhadap pemerintah karena banyaknya skandal. Hal ini dimanfaatkan oleh para ekstrimis dan berhasil menomorsatukan militer di negara ini. Jepang pun mulai terlibat pada banyak peperangan. Fungsi dari Parlemen pun semakin berkurang. Semuanya ditangani militer. Hingga pada akhirnya pecahnya Perang Pasifik pada tahun 1941.
Pada tahun 1945, Jepang menyerah pada sekutu akibat semakin melemahnya kekuatannya setelah Hiroshima dan Nagasaki dilumpuhkan. Dalam masa pendudukan sekutu ini banyak hal yang diubah. diantaranya adalah diberikannya hak kepada wanita untuk memberikan suara pada pemilu, dan juga kebebasan untuk mengelurkan pendapat, memeluk agama, dan lain-lain.
Pada tahun 1951, setelah ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian San Fransisko, Jepang mendapatkan haknya kembali untuk menjalankan politiknya kembali.


Satu tugas besar menunggu, yaitu mengangkat kembali negara ini dari keterpurukannya akibat perang. Dalam masa tidak lebih dari 10 tahun, dibantu dengan negara-negara luar, Jepang mampu tegak kembali dan bersaing di pasar internasional. Satu bukti dari kebangkitannya itu adalah dengan menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 1964, yang juga menjadi symbol atas kebangkitan Jepang. Tidak hanya itu, pada tahun 1975 Jepang sudah diakui menjadi negara maju dan masuk dalam kelompok negara G-7. 

Penggunaan nuklir di Jepang


Dalam sejarah peradaban manusia, Jepang satu-satunya negara berdaulat yang terkena bom atom Amerika Serikat. Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II itu dalam hitungan detik menewaskan 220 ribu orang. Mungkin inilah korban terbanyak seketika dalam sejarah perang. Akibat peristiwa itu, selayaknya masyarakat Jepang trauma dengan proyek nuklir. Namun, karena alasan kondisi alam, tuntutan peradaban yang maju dan kepentingan ekonomi untuk kesejahteraan seluruh rakyat, kehadiran PLTN di Jepang menjadi kebutuhan mendesak. Opsi ini memang terbukti membuat Jepang maju.
Setelah Perang Dunia II, dengan kerja ekstrakeras perekonomian Jepang tumbuh pesat. Pertumbuhan pada 1960-1980 sering disebut sebagai “keajaiban ekonomi Jepang”. Demi menjaga pertumbuhan ekonominya agar stabil, bahkan meningkat, maka ketersediaan energi yang cukup dan stabil mutlak diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan energinya, salah satu opsi adalah memanfaatkan nuklir. Jepang memilih opsi energi nuklir untuk pembangkit listrik, kemudian memanfaatkan dan mengembangkannya secara signifikan.
Jepang adalah negara yang miskin sumber daya energi. Sekitar 80 persen kebutuhan energi Jepang dipenuhi dari impor. Porsi terbesar adalah minyak. Jepang tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menghasilkan energi besar. Mereka tidak punya minyak, kehabisan batu bara dan tidak memiliki gas alam cair sejak 1950-an. Pengalaman pahit akibat krisis minyak 1973 dan 1979 lebih menyadarkan Jepang bahwa diversifikasi energi harus benar-benar dilaksanakan dan tidak boleh bergantung pada minyak, jika ingin kestabilan energi tetap kuat dan perekonomian tidak terganggu. Energi nuklir menarik bagi Jepang, juga lantaran dipandang ramah lingkungan. Dibanding PLTU, batu bara, gas alam, dan minyak, PLTN tidak menghasilkan emisi gas berbahaya yang dianggap sebagai kontributor utama polusi lingkungan. Alasan lain, Jepang melihat suplai dan harga uranium sebagai bahan bakar PLTN relatif stabil. Kini, Jepang memiliki lebih dari 50 pembangkit listrik tenaga nuklir. Mereka bahkan tengah menyiapkan dua lusin pembangkit lagi pada 2030.


Karena kekurangan sumber energi itulah, Jepang mencoba melupakan sejarah yang menyakitkan yang menimpa negaranya. Mereka sadar, bila ingin menjadi pemain global mereka perlu tenaga yang besar, sehingga Jepang tertarik mengembangkan tenaga nuklir. Jepang menjadi negara nomor dua di dunia setelah Prancis dalam hal persentase kekuatan daya listrik dari tenaga nuklir. Sejak adanya Undang-Undang Energi Atom pada 1955, Jepang secara intensif melakukan persiapan untuk pembangunan PLTN. Di kawasan Asia, Jepang adalah pionir dalam pembangunan dan pengembangan energi nuklir yang dimulai pada 1960-an yang pada awalnya bekerja sama dengan Amerika Serikat. Dalam perkembangannya, Jepang telah mampu membangun dan mengembangkan PLTN, mulai dari teknologi, desain, konstruksi, operasi, dan bidang-bidang lainnya. Hal ini terjadi karena didukung program R&D, pendidikan dan pelatihan SDM yang menguasai iptek nuklir. Di Asia Timur terdapat empat negara yang memiliki PLTN selain Jepang, yaitu Korea Selatan, Tiongkok, dan Taiwan.







Senin, 03 Oktober 2011

Model Kebijakan Luar Negeri Indonesia Era SBY

Devi Nurjayanti
151090016/B
Hubungan Internasional
Analisa Politik Luar Negeri

·         Jelaskan analisis Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia era SBY!

Menurut saya, kebijakan politik luar negeri Indonesia era SBY menggunakan Model Rasional. Dimana menurut model tersebut asumsi dasar model rasional yaitu bahwa negara-negara dapat dianggap sebagai actor yang berupaya untuk memaksimalkan pencapaian tujuan mereka berdasarkan kalkulasi rational di dalam kancah politik global. Di dalam perspektif strategi, pola umum dari kesinambungan dan perubahan politik luar negeri dijelaskan berdasarkan tujuan-tujuan strategis para pembuat keputusan.
Beberapa faktor utama yang memepngaruhi proses perumusan startegi kebijakan luar negeri suatu negara-bangsa, yaitu: struktur sistem Internasional, persepsi elit,  strategi negara-bangsa lain, dan kapabilitas yang dimilki oleh negara tersebut. Keempat faktor ini menentukan corak interaksi antar negara dalam perspektif startegi yang meliputi leadership strategy, confrontatition strategy, accommodative strategi, dan concordance strategy.
Dalam paper ini saya akan menerangan tentang model Rasional berdasar perspektif Concordance strategy. Concordance strategy merupakan suatu kepentingan yang saling menguntungkan. Namun, menyadari bahwa kapabilitasnya relatif lebih rendah daripada negara A, maka para pembuat keputusan negara B akan berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan  negara A dengan cara menghindari pembuatan kebijakan luar negeri yang dapat menimbulkan konflik dengan negara A, dan negara B akan bertingkah laku selaras dengan initiatif-initiatif negara A. Sementara  itu, di dalam atmosfir  confrontation strategy, negara-bangsa A akan mencoba untuk
mempertajam isu-isu yang mengandung konflik kepentingan dengan negara B, dan memaksa negara B untuk memodifikasi posisinya melalui pengakuan terhadap superioritas kapabilitas negara A. Di lain pihak, dengan adanya pengakuan negara B terhadap superirotas kapabilitas negara A, maka diharapkan  negara B akan mencoba untuk membuat strategi penyesuaian-penyesuaian (accommodation strategy) untuk menghindari konflik, meskipun  ada kemungkinan di waktu depan negara B akan menerapkan strategi konfrontasi (confrontation strategy) ketika kapabilitas negara B meningkat.
Saya dapat berpendapat sedemikian, karena menurut saya era SBY lebih menekan kebijakan luar negerinya dengan menitikberatkan pada solidaritas antarnegara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama intemasional bagi kesejahteraan rakyat. Seperti contoh, dalam bidang ekonomi, diplomasi Indonesia diarahkan pada usaha memanfaatkan  peluang dan mengatasi tantangan yang timbul dari arus globalisasi untuk kepentingan pembangunan nasional, mengembangkan perluasan akses pasar untuk meningkatkan ekspor nonmigas, mengupayakan meningkatnya arus investasi asing dan kerjasama keuangan, serta mengembangkan kerjasama teknik dan jasa ekonomi dalam mendukung upaya pembangunan dan pemulihan ekonomi nasional. Pelaksanaannya telah dilakukan secara sinergis melalui pendekatan global, regional, intra-regional, dan bilateral. Contohnya, Indonesia melakukan solidaritas  di Asia. Sambil terus meningkatkan kerjasama regional Asia Timur, seperti negara--negara ASEAN, RRC, Jepang, dan Korea Selatan sebagai komponen utamanya, lndonesia hendaknya tetap menciptakan sebanyak mungkin teman dan menghindari munculnya lawan.
Dalam bidang politik, Indonesia melaksanakan diplomasi  dengan menjauhi sikap konfrontatif dan melaksanakan peranan aktif dalam diplomasi preventif serta penyelesaian konflik, dalam  hal ini citra Indonesia di mata masyarakat internasional  perlu segera dipulihkan kembali karena berkaitan erat dengan kapasitas Indonesia untuk berperan aktif dalam percaturan internasional serta menjamin arus investasi ke Indonesia. Seperti yang telah dilakukan Indonesia menjadi tuan rumah ASEAN Community,  dan menjadi mediator dalam konflik Thailand-Kamboja.